Abun Sui Anyit bersama masyarakat Ulu Bakun

Abun Sui Anyit bersama masyarakat Ulu Bakun
Bukti Resolusi yang telah dihantar secara serahan tangan kepada Penguasa Jabatan Tanah dan Servei Kapit.

MENCARI PENYELESAIAN MASALAH TANAH NCR BAGI PENDUDUK LEBU KULIT

MENCARI PENYELESAIAN MASALAH TANAH NCR BAGI PENDUDUK LEBU KULIT
SELEPAS DIALOG BERSAMA JABATAN HUTAN SARAWAK

Monday, January 12, 2009

MENDOAKAN ISRAEL & HAMAS

‘Damai Sejahtera di Bumi,’ demikianlah pesan Natal yang bergaung di seluruh dunia disekitar hari Natal 2008. Namun, dalam kenyataannya adakah damai sejahtera di di bumi khususnya di kawasan dimana Yesus dilahirkan duaribu tahun silam itu?

Sebelum hari Natal, perdamaian dirasakan di kawasan Israel-Palestina dimana terjadi gencatan senjata khususnya di jalur Gaza antara Hamas dan Israel. Belum habis rasa damai dinikmati, Hamas telah melontarkan ratusan roket ke Israel, dan setelah menunggu beberapa hari disertai ancaman, Israel kemudian membalas dengan serbuan dari udara yang jauh lebih hebat skalanya dibandingkan dengan serangan Hamas, ini mengakibatkan ratusan orang di Gaza meninggal, banyak gedung hancur termasuk rumah sakit dan sekolah, dan ribuan orang terluka.

Siapakah diantara Hamas dan Israel yang salah? Pihak-pihak yang pro-Hamas terutama dunia Arab dan Islam umumnya menyalahkan Israel dan membela Hamas. Dipihak ini mereka melihat serangan Israel sebagai dosa besar dan menganggap Hamas tidak bersalah sama sekali, sikap ini tercermin dalam ucapan dutabesar Palestina di Indonesia ketika diwawancarai di TV, bahwa “bukankah Hamas menyerang israel lebih dahulu dengan ratusan roket?” Jawabnya “Itu bohong, serangan itu tidak ada!.” Sikap demikian tentu tidak akan menyelesaikan masalah dalam suatu konflik, sebab keberpihakan hanya kepada salah satu pihak hanya akan makin meningkatkan permusuhan.

Sebaliknya, pihak-pihak yang pro-Israel, yaitu banyak orang di Barat dan banyak orang Kristen cenderung membela Israel dan menyalahkan Hamas, mereka menutup mata terhadap kekejaman Israel terhadap Palestina (kini masih tertinggal 10% Arab Palestina beragama kristen), dan menimpakan dosa itu sepenuhnya ke pundak Hamas. Sikap demikian juga tidak akan menyelesaikan masalah, sebab keberpihakan kepada salah satu pihak justru akan makin meningkatkan permusuhan dan bukannya meredakan.

Sejarah dunia menunjukkan bahwa jalan damai lebih nyata hasilnya menuju perdamaian yang lebih lama daripada jalan perang. Mesir merupakan negara moderat yang bisa berdamai dengan Israel sehingga dengan jalan perundingan, jazirah Sinai bisa kembali ke negara Mesir tanpa harus direbut dengan perang. Sikap Menlu Mesir dalam menghadapi konflik terakhir di Gaza antara Hamas dan Israel juga memberikan komentar yang baik dan bijak yang tidak berpihak, ia mengatakan: “Kita jangan hanya menyalahkan Israel!”

Bagi umat Kristen yang memiliki hubungan batin dengan Israel karena sebagian kitab sucinya sama, memang dapat dimaklumi kalau ada rasa keberpihakan mereka kepada Israel, apapun yang dilakukan Israel, namun peristiwa pengeboman di Gaza ini bisa menjadi cermin untuk berfikir sejenak. Benarkah Israel melakukan kehendak Allah dalam konfliknya di Gaza? Dan bagaimana sebenarnya sikap otoritas Israel terhadap umat Kristen dan yang percaya Yesus sebagai Messias?

Umat Yahudi sejak lama sering jatuh dalam dosa penyembahan berhala dan ketidak-taatan kepada Allah. Berulang-kali Israel dihukum bahkan dibuang a.l. ke Mesir, berputar-putar selama 40 tahun di padang gurun Sinai, dibuang ke Babel, dan kemudian harus mengalami diaspora, bahkan pada perang dunia ke-II mengalami pembantaian etnis (holocaust) di Jerman. Namun, umat Israel tidak kunjung bertobat melainkan terus-menerus menduka-citakan Allah.

Dalam hubungan dengan umat yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Messias, memang umat Kristen terjepit diantara dua pihak yang berperang. Disatu sisi otoritas Hamas yang membawa-bawa agama Islam juga sering melakukan tindakan tidak bersahabat terhadap umat Kristen, di sisi lain, otoritas Israel yang membawa-bawa agama Yahudi juga sering melakukan tindakan tidak bersahabat terhadap umat Kristen (kecuali terhadap turis Kristen yang mendatangkan devisa).

Dalam kehidupannya selagi di bumi Yesus selalu dimusuhi oleh mayoritas umat Israel, padahal Yesus sendiri orang Yahudi, jadi sekalipun berbangsa Yahudi, namun karena dalam soal agama tidak sesuai, maka umat Kristen pengikut Yesus kemudian juga dimusuhi oleh otoritas Israel. Dekrit Birkat ha-Minim di abad pertama melarang orang Yahudi yang percaya Messias Yesus mengikuti ibadat di Bait Allah dan sinagoga, itulah sebabnya umat Kristen kemudian melakukan ibadat di rumah-rumah dan menyebar ke seluruh dunia pada masa Para Rasul.

Kekristenan tidak bersifat ‘etnis sentris’ atau ‘yahudi sentris’ yang berorientasi sentripetal (memusat) tetapi keristenan bersifat ‘Kristosentris’ yang bersifat ‘sentrifugal’ (menyebar ke seluruh bumi). Sehubungan dengan itu umat Kristen perlu merenungkan keperpihakannya kepada Israel selama ini, benarkah ia berpihak kepada kebenaran Allah atau berpihak kepada keangkara-murkaan negara Israel, keberpihakan yang justru makin mengeraskan hati mereka untuk tetap menolak Messias yang telah datang melawat mereka dua ribu tahun yang lalu itu?

Mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa kalau dahulu Israel dalam holocaust mengalami ‘ethnic cleansing’ (pembantaian etnis), sebenarnya, sekarang justru Israellah yang melakukan ‘ethnic cleansing’ yaitu usahanya yang tidak mengenal lelah untuk mengusir orang Palestina dri tanah leluhur mereka. Bukan saja orang Arab Palestina yang beragama Islam yang mengalami hal itu, tetapi umat Arab Palestina yang beragama Kristen juga mengalami penghambatan dari otoritas Israel.

Berkali-kali kelompok radikal Israel dibiarkan mengganggu orang Kristen Arab Palestina, ada yang dikirimi bom, ada yang rumahnya digusur, dan adapula yang hak-hak kependudukannya dicabut, dan hal-hal ini umumnya dibiarkan oleh otoritas Israel. Otoritas Israel sendiri sering menolak orang Arab Palestina beragama Kristen yang sudah keluar dari tanah Israel dan ingin kembali. Hanan Ashrawi, anggota perunding Palestina yang beragama Kristen memiliki putri yang kemudian sekolah di Amerika Serikat, dan ketika si putri menikah dan memiliki anak di sana, dan ingin membawa anaknya menengok neneknya, ia yang adalah penduduk Palestina ditolak kependudukannya dan hanya diberikan visa masuk Israel selama sebulan. Ia diusir dari tanah tempatnya dilahirkan! (bacalah juga PalestinianChristians@yahoogroups.com disamping siaran resmi Israel).

Bukan saja orang Arab Israel yang kristen yang dihambat, orang-orang Yahudi sendiri bila mempercayai Yesus sebagai Messias (Messianic Jews) juga mengalami penghambatan, ada yang diusir, ada yang di bom, dan mereka cenderung dihambat mengadakan pertemuan resmi, bahkan ada sinagoge Messianic Jews yang dibakar oleh Yahudi radikal. Jadi, secara kelembagaan, Israel sampai sekarang masih menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka, dan dalam memperteguh keyakinan Yudaisme dan Zionisme mereka, mereka tidak segan menghambat orang yahudi yang tidak seiman (yang percaya Messias), lebih lagi orang Kristen Arab Palestina non-Yahudi yang jelas percaya kepada Kristus, dan lebih-lebih orang Arab Palestina yang beragama Islam. Yang menarik orang Yahudi sendiri yang beragama Yahudi yang menolak perang dengan Palestina juga sering dilempari batu oleh kaum radikal Israel. Perang israel – Hamas bukanlah perang agama karena sebagian orang israel sekarang tidak beragama Yahudi melainkan sudah menjadi sekuler, yang jelas perang di Timur Tengah adalah perang perebutan tanah.

Sehubungan dengan itu, sikap keperpihakan orang Kristen tertentu kepada negara Israel, dan juga bantuan-bantuan dana kepada mereka, sudah terbukti bukannya melunakkan hati mereka sehingga mereka mau membuka diri kepada Tuhan Yesus sebagai Messias, tetapi kenyataannya makin mengeraskan hati mereka sehingga makin mendukacitakan Allah dengan menunjukkan keangkara-murkaan mereka.

Umat Kristen perlu mendoakan otoritas Hamas agar mereka tidak mengorbankan lebih dalam rakyat Palestina dan mau duduk berdampingan di meja perundingan dengan musuh bebuyutannya Israel, dan kitapun harus mendoakan Israel agar mereka jangan mengeraskan hati dan tetap menolak Yesus sebagai Messias dan terus-menerus melakukan penghambatan demi tujuan sekuler mereka membangun negara Israel Raya. Kita juga hendaknya mendoakan para korban perang yang tidak bersalah dan keluarganya baik korban yang beretnis Palestina maupun Yahudi dan bila mungkin meringankan penderitaan mereka yang disebabkan oleh perang perebutan tanah dan kekuasaan para pemimpin mereka itu.

Tuhan Yesus datang bukan untuk menjanjikan tanah dan negara di bumi sebab langit dan bumi akan diubah menjadi baru dan Kerajaan Allah (bukan Kerajaan Israel) yang akan ditegakkan dimana kebenaran ditegakkan dimana Yesus dengan para malaekatnyalah dan orang-orang suci yang akan memerintah bersamanya dalam kebenaran.

Marilah kita terus-menerus berdoa untuk perdamaian di Palestina dan agar Roh Kudus mendatangkan semangat kasih dan hati yang lemah lembut kepada kedua pihak, baik kepada otoritas Hamas maupun otoritas Israel.

Salam kasih dari Sekertariat.

No comments:

Post a Comment